Pengembangan Harmoni dalam Aransemen Musik Keroncong



Gambar. OK. Svarama Pimpinan Ibnu Amar Muchsin (2018)
“Bahwa, sejatinya nyaris tak ada yang orisinal dalam perkembangan Seni Budaya di seantero belahan dunia. Begitu juga dengan Musik Keroncong. Tapi, Identitas Indonesia dalam Musik Keroncong telah ditemukan melalui evolusi dan revolusi.  Berkat kedahsyatan inovasi Pekerja Seni Indonesia.” (Bens Leo)

Bengawan solo riwayatmu kini…..” begitulah cuplikan lagu yang berjudul Bengawan Solo Ciptaan Gesang (alm) yang ‘membumi’ dan sangat lekat di ingatan setiap anak muda ketika  penulis tanya: “lagu keroncong apa yang kalian ketahui?”. Dari 10 anak muda yang penulis beri pertanyaan tersebut sekitar 7 orang menjawab dengan judul lagu Bengawan Solo. Perjalanan Musik Keroncong yang sangat panjang dan tetap bertahan sampai sekarang membuktikan bahwa keroncong memiliki kekuatan.
Keroncong adalah musik hybrid yang sempurna. Sebuah proses inkulturasi dari musik tradisi pentatonis yang statis terhadap musik barat diatonis yang lebih dinamis. Musik tradisi pentatonis tidak mengenal konsep ‘harmoni’ tradisional barat, yang merupakan perjalanan panjang dari proses paduan suara secara unison pada abad pertengahan yang berkembang menjadi konsep counterpoint dan pada puncaknya mencapai konsep ‘harmoni’. Musik keroncong yang diatonis mampu menyandang gelar sebagai musik multy style atau musik yang dapat mengiring semua jenis lagu dari genre musik apapun.
Keroncong sebagai sebuah genre musik memiliki ciri yang khas pada pola permainannya (Style) dan alat musik yang digunakan (instrument). Sebagai instrument baku penyusun style musik keroncong adalah Cak, Cuk, Cello, Gitar dan Bass. Dimana empat dari lima instrument tersebut merupakan instrument harmoni (‘karena dapat memainkan akor trinada’). Pola permainan kelima instrument tersebut bersahut saling mengisi (interlocking) membentuk tekstur musik poliritmis.
Ada tiga macam bentuk pola irama pokok dalam musik keroncong, yaitu: (1) pola irama petikan; (2) pola irama engkel; dan (3) pola irama dobel. Ketiga pola irama tersebut merupakan pola wajib yang dibawakan dalam setiap penyajian musik keroncong. Di luar dari ketiga pola irama tersebut tak sedikit banyak seniman keroncong yang menerapkan secara idiomatik pola irama lain seperti reggae, cha-cha, beqeuneu, waltz, dll sebagai bentuk sebuah variasi pola irama musik keroncong.  Persepsi saya terhadap fenomena tersebut sah-sah saja manakala memang jenis lagu yang dibawakan merupakan lagu dari jenis genre musik tersebut (contoh: lagu Carol jenis musik Cha-Cha), namun akan menjadi masalah ketika lagu yang dimainkan adalah lagu kategori keroncong (keroncong asli, langgam keroncong, dan stambul) sekalipun idiomatik diluar ketiga pola irama dalam musik keroncong hanya diletakan sebagai variasi di dalam intro, interload maupun coda.
Sebagai sebuah alternatif untuk mengembangkan musik keroncong yang hanya memiliki 3 jenis pola irama (petik, engkel, dan dobel) untuk mengiringi 3 jenis lagu keroncong (keroncong asli, langgam keroncong, dan stambul) adalah dengan menerapkan konsep harmoni barat yang lebih komplek dalam aransemen musik keroncong. Pengembangan harmoni di dalam aransemen musik keroncong akan menambah kesan indah, megah dan kompleks.
Ada tiga cara pengembangan harmoni di dalam aransemen musik keroncong yaitu: (1) Menyubtitusi akor pokok lagu keroncong menggunakan akor turunan atas/bawah; (2) Menambahkan jembatan akor dalam lagu keroncong; (3) Menggunakan akor 7, 9, 11, 13 dst. Ketiga cara tersebut juga dapat diterapkan untuk mengiringi lagu genre di luar musik keroncong.
1.     Menyubtitusi akor pokok lagu keroncong menggunakan akor turunan atas/bawah:
Menyubtitusi akor artinya mengganti akor. Akor tersebut di ganti dengan akor subordinat (sekunder). Adapun akor subordinat dari tiga jenis akor primer (I, IV, dan V) mempunyai dua macam turunan atas dan turunan bawah. Turunan tersebut di dapat dari konsep harmoni barat dengan rumus third intervallic system atau jarak interval tiga. Perhatikan gambar di bawah ini:


                              Gambar akor dari rumus third intervallic system
Di dalam harmoni barat ada 3 jenis akor primer yang dihasilkan dari rumus tersebut yaitu akor tingkat I, IV, dan V (ex: C, F, G dalam t.n. mayor natural). Akor tersebut terbentuk dari jarak interval murni (perfect) P1, P4 dan P5 atau dalam sejarah musik susunan tersebut di dapat dari sebuah rumus tetra chord. Akor primer dapat mengiringi segala macam lagu-lagu sederhana. Ketiga akor primer mempunyai turunan bawah dan atas. 
a)     Akor primer tingkat I (tonika):



Dari gambar diatas akor primer I (tonika) mempunyai dua akor bantu, yaitu akor bantu bawah akor vi (submedian) dan akor bantu atas iii (median).

b)    Akor primer tingkat IV (subdominan):




      Dari gambar diatas akor primer IV (subdominan) mempunyai dua akor bantu, yaitu akor bantu bawa akor ii (super tonika) dan akor bantu atas vi (submedian).
c)     Akor primer tingkat V (dominan):






Dari gambar diatas akor primer V (dominan) mempunyai dua akor bantu, yaitu akor bantu bawah iii (median) dan akor bantu atas vii (leadingtone).

Adapun contoh penerapannya dalam musik keroncong adalah sebagai berikut:

Cuplikan lagu Bengawan Solo Menggunakan akor pokok dan disubtitusi dengan akor sekunder (yang berwarna merah):

                        C                              F           G             C       
                                                        Dm                                    
J55 6 j.3 | 5  .  .  .  | j0! j@# @ j.! | # . . . | 0 j53 5 j.# |

G                        G                            C
Dm
@ j.7 5 j.6 | j7# j.5 4 j.5 | 3  .  .  0 +



RINGKASAN  GERAKAN AKORD:
 
I           -           Dapat melanjutkan untuk setiap akord lain
ii         -           ii -> V             ii ->viio          
iii         -          iii -> IV           iii -> vi

IV        -          IV -> ii            IV -> v                     IV ->viio        IV -> I

V         -           V -> I               V -> vi

vi        -           vi -> ii             vi -> iii -> IV          vi -> IV            vi -> V

vii        -           viio -> I            VII -> ( in minor )

2.     Menambahkan jembatan akor dalam lagu keroncong
Jembatan akor digunakan untuk menghilangkan kejenuhan daari penahanan akor yang terlalu lama dalam beberapa birama. Jembatan akor berada di antara dua akor. Jembatan akor primer menggunakan akor sekunder dan atau akor tersier.  Jembatan akor sekunder dengan memperhatikan konsekuensi gerakan akor dalam konsep harmoni tradisional seperti pada tabel di atas. Sebagai contoh ada pergerakan akor dari akor I menuju akor ii maka diantara akor tersbut terdapat jembatan akor yaitu akor vi maka akan menjadi gerakan akor I -vi- ii.

Adapun contoh penerapannya dalam musik keroncong adalah sebagai berikut:
Cuplikan lagu Bengawan Solo Menggunakan akor pokok dan di subtitusi:

                       C                                F           G             C       
                       C            C7               F            G            C           Dm   Em       A7                   
J55 6 j.3 | 5  .  .  .  | j0! j@# @ j.! | # . . . | 0 j53 5 j.# |

G                        G                            C
Dm                     G                            C
@ j.7 5 j.6 | j7# j.5 4 j.5 | 3  .  .  0 +


3.     Menggunakan akor terrier (Superimposing chord)
Secara umum didalam teori musik hanya terdapat dua macam akor yaitu primer dan sekunder, akan tetapi pada kenyataan sehari-hari kita mengenal ada banyak ragam jenis akor yang tersusun dari gabungan banyak interval sampai interval ke 15. Akor primer dan sekunder tersusun dari triad atau hanya tiga nada, sedangkan akor tersier tersusun dari empat, lima, sampai enam nada yaang dibunyikan secara bersamaan. Jika analogika didalam akor sekunder merupakan turunan dari akor-akor primer maka akor tersier merupakan turunan dari gabungan akor primer dan sekunder.
Akor tersier didalam harmoni acapkali digunakan sebagai pengembangan dari akor yang sederhana, atau dengan kata laian akor tersier merupakan akor yang susunan nadanya lebih komplek. Sebagai contoh kontruksi akor tersier akan membentuk akor x7, xM7, x9, dst. X merupakan nama yang diambil dari nada prime akor tersebut. Penerapan akor tersier sering digunakan didalam genre musik jazz, pop, blues, dll.
Akor tersier secara garis besar terdiri atas empat (4) jenis yaitu akor tersier interval 7, interval 9, interval 11, dan interval 13. Dari keempat jenis akor tersier tersebut akan menghasilkan beberagam jenis akor sesuai dari sifat mayor maupun minor. Untuk memahami akor tersier perhatikan tabel urutan interval dibawah ini:
Nada
c
d
e
f
g
a
b
c’
d’
e’
f’
g’
a’
b’
c’’
Interval
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Tabel diatas merupakan contoh urutan interval dalam tangganada mayor natural.
1)     akor tersier interval 7:
a)     akor dominan septime (7)
merupakan triad mayor dengan penambahan nada pada interval minor (m7) dari root atau prime.
C
E
G
Bes
1
3
5
7b
do
mi
sol
sa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C7.
b)    akor mayor septime (M7)
merupakan triad mayor dengan penambahan nada pada inetrval Mayor (M7) dari root atau prime.
C
E
G
B
1
3
5
7
do
mi
sol
si
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: CM7 .
c)     akor minor dominan septime (m7)
merupkan triad minor dengan penambahan nada pada interval minor (m7) dari root atau prime.
C
Es
G
Bes
1
3b
5
7b
do
ma
sol
sa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: Cm7.
d)    akor minor mayor septime (mM7)
merupakan triad minor dengan penambahan nada pada interval Mayor tujuh (M7).
C
Es
G
B
1
3b
5
7
do
ma
sol
si
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: CmM7
2)     akor tersier interval 9:
a)     akor dominan septime (7/9)
triad mayor dengan penambahan dua not dengan interval minor tujuh (m7) dan interval sembilan (9).
C
E
G
Bes
D
1
3
5
7b
2
do
mi
sol
sa
re
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C9.
b)    akor mayor 9 (M7/9)
triad mayor penambahan dua not dengan interval mayor tujuh (M7) dan interval sembilan (9).
C
E
G
B
D
1
3
5
7
2
do
mi
sol
si
re
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: CM9, pada prakteknya empat notasi saja dalam memainkannya atau mengabaikan nada kuint.

3)     akor tersier interval 11:
a)     akor dominan septime 7/9/4 (11)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7), sembilan (9), dan kesebelas (11).
C
E
G
Bes
D
F
1
3
5
7b
2
4
do
mi
sol
sa
re
fa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11.
b)    akor dominan septime 7/4-9 (11-9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval septime (7), minor sembilan (-9), dan kesebelas (11).
C
E
G
Bes
Des
F
1
3
5
7b
2b
4
do
mi
sol
sa
ri
fa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11-9.
c)     akor dominan septime 7/4+9 (11+9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval septime (7), plus sembilan (+9), dan kesebelas (11).
C
E
G
Bes
Dis
F
1
3
5
7b
2#
4
do
mi
sol
sa
ri
fa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11+9.
d)    akor dominan septime 7/4-5 (11-5)
triad mayor dengan nada kuint turun setengah dan penambahan tiga not dengan interval septime (7), sembilan (9), dan kesebelas (11).
C
E
Ges
Bes
D
F
1
3
5b
7b
2
4
do
mi
fi
sa
re
fa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11-5.
e)     akor dominan septime 7/4+5 (11+5)
triad mayor dengan nada kuint naik setengah/ triad augmented dan penambahan tiga not dengan interval septime (7), sembilan (9), dan kesebelas (11).
C
E
Ges
Bes
D
F
1
3
5b
7b
2
4
do
mi
fi
sa
re
fa
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11+5.
4)     akor tersier interval 13:
a)     akor dominan septime 7/9/6 (13)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7), sembilan (9), dan ketigabelas (13).
C
E
G
Bes
D
A
1
3
5
7b
2
6
do
mi
sol
sa
re
la
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C13.
b)    akor dominan septime 7/6-9 (13-9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7), minus sembilan (-9), dan ketigabelas (13).

C
E
G
Bes
Des
A
1
3
5
7b
2b
6
do
mi
sol
sa
di
la
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C13-9.
c)     akor dominan septime 7/6+9 (13+9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7), plus sembilan (+9), dan ketigabelas (13).
C
E
G
Bes
Dis
A
1
3
5
7b
2
6
do
mi
sol
sa
ri
la
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C13+9.
Adapun contoh penerapannya dalam musik keroncong adalah sebagai berikut:

Cuplikan lagu Bengawan Solo Menggunakan akor tersier
                        C                               F           G             C       
                       CM7       Gm C+      F       Fm/Bes       Em7  EbM7   AbM7  Gdim7/A                   
J55 6 j.3 | 5  .  .  .  | j0! j@# @ j.! | # . . . | 0 j53 5 j.# |

G                        G                                  C
Dm7                   Dm7/G  Ddim7/G    CM7
@ j.7 5 j.6 | j7# j.5   4 j.5  | 3  .  .  0 +

Untuk dapat menyampaikan pesan dan sifat dari akor tersier maka harus di pecah menggunakan akor-akor pendekatan primer dan sekunder untuk masing-masing instrument keroncong, sehingga kesannya memainkan akor yang berbeda, walau sesungguhnya jika dimainkan bersama akan membentuk harmoni dari akor tersier.

Sebagai Contoh Akor CM9 terdiri dari nada C-E-G-B-D dari empat nada dapat membentuk 3 akor yaitu akor C mayor (C-E-G), Eminor (E-G-B), dan Gmayor (G-B-D) maka jika diterapkan dalam instrument keroncong akor C dimanikan oleh indtrumen Bass, akor Eminor dimainkan oleh instrument Cuk, dan Akor G dimainkan oleh instrument Cak.


Penulis: Ibnu Amar Muchsin


Tidak ada komentar untuk "Pengembangan Harmoni dalam Aransemen Musik Keroncong"