Pengembangan Harmoni dalam Aransemen Musik Keroncong
“Bahwa,
sejatinya nyaris tak ada yang orisinal dalam perkembangan Seni Budaya di
seantero belahan dunia. Begitu juga dengan Musik Keroncong. Tapi, Identitas
Indonesia dalam Musik Keroncong telah ditemukan melalui evolusi dan
revolusi. Berkat kedahsyatan inovasi
Pekerja Seni Indonesia.” (Bens Leo)
“Bengawan solo
riwayatmu kini…..” begitulah cuplikan lagu yang berjudul Bengawan Solo
Ciptaan Gesang (alm) yang ‘membumi’ dan sangat lekat di ingatan setiap anak
muda ketika penulis tanya: “lagu
keroncong apa yang kalian ketahui?”. Dari 10 anak muda yang penulis beri
pertanyaan tersebut sekitar 7 orang menjawab dengan judul lagu Bengawan Solo.
Perjalanan Musik Keroncong yang sangat panjang dan tetap bertahan sampai
sekarang membuktikan bahwa keroncong memiliki kekuatan.
Keroncong adalah musik hybrid yang sempurna. Sebuah proses inkulturasi dari musik tradisi
pentatonis yang statis terhadap musik barat diatonis yang lebih dinamis. Musik
tradisi pentatonis tidak mengenal konsep ‘harmoni’ tradisional barat, yang
merupakan perjalanan panjang dari proses paduan suara secara unison pada abad pertengahan yang
berkembang menjadi konsep counterpoint dan
pada puncaknya mencapai konsep ‘harmoni’. Musik keroncong yang diatonis mampu
menyandang gelar sebagai musik multy
style atau musik yang dapat mengiring semua jenis lagu dari genre musik apapun.
Keroncong sebagai sebuah genre musik memiliki ciri yang khas pada pola permainannya (Style) dan alat musik yang digunakan (instrument). Sebagai instrument baku penyusun style musik keroncong adalah Cak, Cuk,
Cello, Gitar dan Bass. Dimana empat dari lima instrument tersebut merupakan
instrument harmoni (‘karena dapat memainkan akor trinada’). Pola permainan kelima
instrument tersebut bersahut saling mengisi (interlocking)
membentuk tekstur musik poliritmis.
Ada tiga macam bentuk pola irama pokok dalam musik
keroncong, yaitu: (1) pola irama petikan; (2) pola irama engkel; dan (3) pola
irama dobel. Ketiga pola irama tersebut merupakan pola wajib yang dibawakan
dalam setiap penyajian musik keroncong. Di luar dari ketiga pola irama tersebut
tak sedikit banyak seniman keroncong yang menerapkan secara idiomatik pola
irama lain seperti reggae, cha-cha,
beqeuneu, waltz, dll sebagai bentuk sebuah variasi pola irama musik
keroncong. Persepsi saya terhadap
fenomena tersebut sah-sah saja manakala memang jenis lagu yang dibawakan
merupakan lagu dari jenis genre musik
tersebut (contoh: lagu Carol jenis musik Cha-Cha),
namun akan menjadi masalah ketika lagu yang dimainkan adalah lagu kategori
keroncong (keroncong asli, langgam keroncong, dan stambul) sekalipun idiomatik
diluar ketiga pola irama dalam musik keroncong hanya diletakan sebagai variasi
di dalam intro, interload maupun coda.
Sebagai sebuah alternatif untuk mengembangkan musik
keroncong yang hanya memiliki 3 jenis pola irama (petik, engkel, dan dobel)
untuk mengiringi 3 jenis lagu keroncong (keroncong asli, langgam keroncong, dan
stambul) adalah dengan menerapkan konsep harmoni barat yang lebih komplek dalam
aransemen musik keroncong. Pengembangan harmoni di dalam aransemen musik
keroncong akan menambah kesan indah, megah dan kompleks.
Ada tiga cara pengembangan harmoni di dalam aransemen
musik keroncong yaitu: (1) Menyubtitusi akor pokok lagu keroncong menggunakan
akor turunan atas/bawah; (2) Menambahkan jembatan akor dalam lagu keroncong;
(3) Menggunakan akor 7, 9, 11, 13 dst. Ketiga cara tersebut juga dapat
diterapkan untuk mengiringi lagu genre
di luar musik keroncong.
1.
Menyubtitusi akor pokok
lagu keroncong menggunakan akor turunan atas/bawah:
Menyubtitusi akor artinya mengganti akor. Akor tersebut
di ganti dengan akor subordinat (sekunder). Adapun akor subordinat dari tiga jenis
akor primer (I, IV, dan V) mempunyai dua macam turunan atas dan turunan bawah.
Turunan tersebut di dapat dari konsep harmoni barat dengan rumus third intervallic system atau jarak interval tiga. Perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar
akor dari rumus third intervallic system
Di dalam harmoni barat ada 3 jenis akor primer yang
dihasilkan dari rumus tersebut yaitu akor tingkat I, IV, dan V (ex: C, F, G
dalam t.n. mayor natural). Akor tersebut terbentuk dari jarak interval murni (perfect) P1, P4 dan P5 atau dalam
sejarah musik susunan tersebut di dapat dari sebuah rumus tetra chord. Akor primer dapat mengiringi segala macam lagu-lagu
sederhana. Ketiga akor primer mempunyai turunan bawah dan atas.
a)
Akor primer tingkat I (tonika):
Dari gambar diatas akor primer I (tonika) mempunyai dua akor bantu, yaitu
akor bantu bawah akor vi (submedian) dan akor bantu atas iii (median).
b)
Akor primer tingkat IV (subdominan):
Dari gambar diatas akor primer
IV (subdominan) mempunyai dua akor bantu, yaitu akor bantu bawa akor ii (super
tonika) dan akor bantu atas vi (submedian).
c)
Akor primer tingkat V (dominan):
Dari gambar diatas akor primer V (dominan) mempunyai dua akor bantu, yaitu
akor bantu bawah iii (median) dan akor bantu atas vii (leadingtone).
Adapun contoh penerapannya
dalam musik keroncong adalah sebagai berikut:
Cuplikan lagu Bengawan
Solo Menggunakan akor pokok dan disubtitusi dengan akor sekunder (yang berwarna merah):
C F G C
Dm
J55 6 j.3 | 5 .
. . | j0! j@# @ j.! | # . . . | 0 j53 5 j.# |
G G C
Dm
@ j.7 5 j.6 | j7#
j.5 4 j.5 | 3 . . 0 +
RINGKASAN GERAKAN AKORD:
I
- Dapat melanjutkan untuk setiap akord lain
ii - ii -> V ii ->viio
iii - iii -> IV iii -> vi
|
IV - IV -> ii IV -> v IV ->viio IV -> I
|
V - V -> I V -> vi
|
vi - vi -> ii vi -> iii -> IV vi -> IV vi -> V
|
vii - viio -> I VII -> ( in minor )
|
2.
Menambahkan jembatan akor
dalam lagu keroncong
Jembatan akor digunakan untuk menghilangkan kejenuhan
daari penahanan akor yang terlalu lama dalam beberapa birama. Jembatan akor
berada di antara dua akor. Jembatan akor primer menggunakan akor sekunder dan
atau akor tersier. Jembatan akor
sekunder dengan memperhatikan konsekuensi gerakan akor dalam konsep harmoni
tradisional seperti pada tabel di atas. Sebagai contoh ada pergerakan akor dari
akor I menuju akor ii maka diantara akor tersbut terdapat jembatan akor yaitu
akor vi maka akan menjadi gerakan akor I -vi- ii.
Adapun contoh
penerapannya dalam musik keroncong adalah sebagai berikut:
Cuplikan lagu Bengawan
Solo Menggunakan akor pokok dan di subtitusi:
C F G C
C C7 F G C Dm
Em A7
J55 6 j.3 | 5 .
. . | j0! j@# @ j.! | # . . . | 0 j53 5 j.# |
G G C
Dm G C
@ j.7 5 j.6 | j7#
j.5 4 j.5 | 3 . . 0 +
3.
Menggunakan akor terrier (Superimposing chord)
Secara umum didalam teori musik hanya terdapat dua macam akor yaitu primer
dan sekunder, akan tetapi pada kenyataan sehari-hari kita mengenal ada banyak
ragam jenis akor yang tersusun dari gabungan banyak interval sampai interval ke
15. Akor primer dan sekunder tersusun dari triad atau hanya tiga nada,
sedangkan akor tersier tersusun dari empat, lima, sampai enam nada yaang
dibunyikan secara bersamaan. Jika analogika didalam akor sekunder merupakan
turunan dari akor-akor primer maka akor tersier merupakan turunan dari gabungan
akor primer dan sekunder.
Akor tersier didalam harmoni acapkali digunakan sebagai pengembangan dari
akor yang sederhana, atau dengan kata laian akor tersier merupakan akor yang
susunan nadanya lebih komplek. Sebagai contoh kontruksi akor tersier akan
membentuk akor x7, xM7, x9, dst. X merupakan nama yang diambil dari nada prime
akor tersebut. Penerapan akor tersier sering digunakan didalam genre musik
jazz, pop, blues, dll.
Akor tersier secara garis besar terdiri atas empat (4) jenis yaitu akor
tersier interval 7, interval 9, interval 11, dan interval 13. Dari keempat
jenis akor tersier tersebut akan menghasilkan beberagam jenis akor sesuai dari
sifat mayor maupun minor. Untuk memahami akor tersier perhatikan tabel urutan
interval dibawah ini:
Nada
|
c
|
d
|
e
|
f
|
g
|
a
|
b
|
c’
|
d’
|
e’
|
f’
|
g’
|
a’
|
b’
|
c’’
|
Interval
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
Tabel diatas merupakan contoh urutan interval dalam tangganada mayor
natural.
1)
akor tersier interval 7:
a)
akor dominan septime (7)
merupakan triad mayor dengan penambahan nada pada interval minor (m7) dari
root atau prime.
C
|
E
|
G
|
Bes
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C7.
b)
akor mayor septime (M7)
merupakan triad mayor dengan penambahan nada pada inetrval Mayor (M7) dari
root atau prime.
C
|
E
|
G
|
B
|
1
|
3
|
5
|
7
|
do
|
mi
|
sol
|
si
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: CM7 .
c)
akor minor dominan septime (m7)
merupkan triad minor dengan penambahan nada pada interval minor (m7) dari
root atau prime.
C
|
Es
|
G
|
Bes
|
1
|
3b
|
5
|
7b
|
do
|
ma
|
sol
|
sa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: Cm7.
d)
akor minor mayor septime (mM7)
merupakan triad minor dengan penambahan nada pada interval Mayor tujuh
(M7).
C
|
Es
|
G
|
B
|
1
|
3b
|
5
|
7
|
do
|
ma
|
sol
|
si
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: CmM7
2)
akor tersier interval 9:
a)
akor dominan septime (7/9)
triad mayor dengan penambahan dua not dengan interval minor tujuh (m7) dan
interval sembilan (9).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
D
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
re
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C9.
b)
akor mayor 9 (M7/9)
triad mayor penambahan dua not dengan interval mayor tujuh (M7) dan
interval sembilan (9).
C
|
E
|
G
|
B
|
D
|
1
|
3
|
5
|
7
|
2
|
do
|
mi
|
sol
|
si
|
re
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: CM9, pada prakteknya empat notasi saja dalam memainkannya atau
mengabaikan nada kuint.
3)
akor tersier interval 11:
a)
akor dominan septime 7/9/4 (11)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7),
sembilan (9), dan kesebelas (11).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
D
|
F
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2
|
4
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
re
|
fa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11.
b)
akor dominan septime 7/4-9 (11-9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval septime (7), minor
sembilan (-9), dan kesebelas (11).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
Des
|
F
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2b
|
4
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
ri
|
fa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11-9.
c)
akor dominan septime 7/4+9 (11+9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval septime (7), plus
sembilan (+9), dan kesebelas (11).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
Dis
|
F
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2#
|
4
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
ri
|
fa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11+9.
d)
akor dominan septime 7/4-5 (11-5)
triad mayor dengan nada kuint turun setengah dan penambahan tiga not dengan
interval septime (7), sembilan (9), dan kesebelas (11).
C
|
E
|
Ges
|
Bes
|
D
|
F
|
1
|
3
|
5b
|
7b
|
2
|
4
|
do
|
mi
|
fi
|
sa
|
re
|
fa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11-5.
e)
akor dominan septime 7/4+5 (11+5)
triad mayor dengan nada kuint naik setengah/ triad augmented dan penambahan
tiga not dengan interval septime (7), sembilan (9), dan kesebelas (11).
C
|
E
|
Ges
|
Bes
|
D
|
F
|
1
|
3
|
5b
|
7b
|
2
|
4
|
do
|
mi
|
fi
|
sa
|
re
|
fa
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C11+5.
4)
akor tersier interval 13:
a)
akor dominan septime 7/9/6 (13)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7),
sembilan (9), dan ketigabelas (13).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
D
|
A
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2
|
6
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
re
|
la
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C13.
b)
akor dominan septime 7/6-9 (13-9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7),
minus sembilan (-9), dan ketigabelas (13).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
Des
|
A
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2b
|
6
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
di
|
la
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C13-9.
c)
akor dominan septime 7/6+9 (13+9)
triad mayor dengan penambahan tiga not dengan interval minor tujuh (7),
plus sembilan (+9), dan ketigabelas (13).
C
|
E
|
G
|
Bes
|
Dis
|
A
|
1
|
3
|
5
|
7b
|
2
|
6
|
do
|
mi
|
sol
|
sa
|
ri
|
la
|
Susunan nada diatas membentuk akor dengan nama: C13+9.
Adapun contoh
penerapannya dalam musik keroncong adalah sebagai berikut:
Cuplikan lagu Bengawan
Solo Menggunakan akor tersier
C F G C
CM7 Gm
C+ F Fm/Bes Em7
EbM7 AbM7 Gdim7/A
J55 6 j.3 | 5 .
. . | j0! j@# @ j.! | # . . . | 0 j53 5 j.# |
G G C
Dm7 Dm7/G Ddim7/G CM7
@ j.7 5 j.6 | j7#
j.5 4 j.5 | 3
. . 0 +
Untuk
dapat menyampaikan pesan dan sifat dari akor tersier maka harus di pecah
menggunakan akor-akor pendekatan primer dan sekunder untuk masing-masing
instrument keroncong, sehingga kesannya memainkan akor yang berbeda, walau
sesungguhnya jika dimainkan bersama akan membentuk harmoni dari akor tersier.
Sebagai
Contoh Akor CM9 terdiri dari nada C-E-G-B-D dari empat nada dapat membentuk 3
akor yaitu akor C mayor (C-E-G), Eminor (E-G-B), dan Gmayor (G-B-D) maka jika
diterapkan dalam instrument keroncong akor C dimanikan oleh indtrumen Bass,
akor Eminor dimainkan oleh instrument Cuk, dan Akor G dimainkan oleh instrument
Cak.
Penulis: Ibnu Amar Muchsin
Tidak ada komentar untuk "Pengembangan Harmoni dalam Aransemen Musik Keroncong"
Posting Komentar