Sejarah Perkembangan Grup Lief Java

 


Semarang- Lief Java, yang dikenal sebagai salah satu grup orkestra keroncong pertama di Hindia Belanda, memiliki sejarah panjang dan berpengaruh dalam perkembangan musik di Indonesia. Grup ini didirikan pada tahun 1918 oleh Soewardi, yang juga dikenal sebagai Pak Wang, dengan nama awal Rukun Anggawe Santoso Orchestra sebelum berganti nama menjadi Lief Java pada tahun 1923. Lief Java memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan mempopulerkan musik keroncong, yang merupakan perpaduan antara musik Barat dan tradisional Indonesia. Musik keroncong sendiri merupakan hasil hibridisasi antara beberapa repertoar musik klasik Barat dengan tabuhan karawitan Jawa


Grup ini dikenal karena kemampuannya dalam memainkan berbagai instrumen seperti cello, peluit, gitar, dan biola, yang memberikan nuansa unik pada musik mereka. Selain keroncong, Lief Java juga memiliki divisi jazz, menunjukkan fleksibilitas dan inovasi mereka dalam bermusik. Pada tahun 1927, Lief Java mencapai tonggak sejarah dengan melakukan siaran langsung di radio pemerintah Belanda, NIROM, yang membagi siarannya untuk pendengar Eropa dan ketimuran. Lief Java tampil dalam sesi untuk pendengar ketimuran, memperluas jangkauan musik mereka. Eksistensi mereka semakin diperkuat dengan kemenangan dalam lomba-lomba keroncong di pasar malam Gambir, yang menambah popularitas mereka di kalangan masyarakat.


NIROM juga berperan penting dalam menyebarluaskan lagu-lagu mereka dan mempopulerkan nama-nama penyanyi serta pemusik yang tergabung dalam grup ini. Lief Java tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Mereka bahkan membentuk grup The Sweet Islander untuk membawakan lagu-lagu Hawaii, yang digemari masyarakat Hindia-Belanda saat itu . Grup ini juga terlibat dalam produksi musik film, seperti yang dilakukan pada tahun 1938 untuk film "Fatima" karya Tan's Film, menandai kontribusi mereka dalam industri film Indonesia. 

Beberapa musisi terkenal yang pernah bergabung dengan Lief Java antara lain Ismail Marzuki, yang dikenal dengan karya-karya nasionalisnya, serta penyanyi tunanetra Annie Landouw, dan pasangan suami istri pemain teater Kartolo dan Roekiah. Ismail Marzuki, yang bergabung dengan Lief Java, memainkan peran penting dalam mengembangkan musik keroncong dan memperkenalkan alat musik akordeon ke dalam langgam Melayu, memperkaya repertoar musik Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, nama Lief Java dilarang karena dianggap berbau kolonial Belanda, sehingga mereka mengganti nama menjadi Kirei Na Jawa, yang berarti "Jawa nan molek" dalam bahasa Jepang.

Lief Java, sejak awal pembentukannya, telah menunjukkan inovasi dalam bermusik dengan menggabungkan elemen musik Barat dan tradisional Indonesia. Hal ini terlihat dari penggunaan instrumen seperti cello dan biola yang jarang digunakan dalam musik tradisional Indonesia pada masa itu. Pada tahun 1934, Lief Java mulai mengisi siaran radio NIROM, yang baru dibentuk, dan ini menjadi salah satu cara mereka untuk memperluas jangkauan musik mereka ke pendengar yang lebih luas. Siaran radio ini tidak hanya membantu mempopulerkan musik mereka tetapi juga memperkenalkan musisi-musisi berbakat yang tergabung dalam grup ini.
Ismail Marzuki, salah satu anggota penting Lief Java, tidak hanya berperan sebagai musisi tetapi juga sebagai pencipta lagu yang berpengaruh. Ia dikenal dengan lagu-lagu nasionalisnya yang tetap dikenang hingga saat ini.

Album "Lief Java" yang dirilis oleh Memes pada tahun 2014, menjadi salah satu upaya untuk melestarikan karya-karya Ismail Marzuki. Album ini berisi 10 lagu, sembilan di antaranya adalah karya Ismail Marzuki, dan satu lagu dari Is Haryanto. Proses rekaman album ini dilakukan di Praha dengan melibatkan City of Prague Philharmonic Orchestra, menunjukkan kolaborasi internasional yang dilakukan untuk menghasilkan kualitas musik yang tinggi.

Addie MS, yang bertindak sebagai arranger, bersama musisi asal Republik Ceko, mengaransemen lagu-lagu Ismail Marzuki dengan sentuhan musik jaz dan klasik orkestra, memberikan nuansa baru pada karya-karya legendaris tersebut. Album ini tidak hanya menjadi warisan musik bagi generasi mendatang tetapi juga menjadi referensi penting bagi lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki. Lagu-lagu dalam album ini, seperti "Juwita Malam" dan "Payung Fantasi", tetap hidup dan dinikmati banyak orang, menunjukkan daya tarik abadi dari karya-karya Ismail Marzuki. Proses rekaman album ini memerlukan waktu sembilan bulan, menunjukkan dedikasi dan usaha yang besar untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Album ini telah didistribusikan dalam bentuk CD dan digital, memungkinkan akses yang lebih luas bagi pendengar di seluruh dunia 

Lief Java, dengan sejarah panjang dan kontribusinya dalam musik Indonesia, tetap menjadi inspirasi bagi banyak musisi dan pencinta musik hingga saat ini. Keberhasilan mereka dalam memadukan berbagai genre musik menunjukkan fleksibilitas dan inovasi yang menjadi ciri khas mereka. Lief Java telah memainkan peran penting dalam perkembangan musik keroncong dan genre musik lainnya di Indonesia. Dengan inovasi dan dedikasi mereka, grup ini berhasil mempopulerkan musik keroncong dan memperkenalkannya ke audiens yang lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri.Warisan musik yang ditinggalkan oleh Lief Java, terutama melalui karya-karya Ismail Marzuki, tetap hidup dan dinikmati oleh generasi saat ini. Album "Lief Java" yang dirilis oleh Memes menjadi salah satu upaya untuk melestarikan dan mengenang karya-karya legendaris tersebut, memastikan bahwa musik keroncong dan kontribusi Lief Java tidak akan terlupakan.